Selasa, 05 Mei 2009

feature

Menyekolahkan Anak Dari Sebungkus Nasi Kucing

“Saya merasa bahagia apabila anak- anak saya pulang dan berkumpul bersama”, ujar Ibu Supiyah seorang pedagang angkringan yang biasa berjualan di depan Hotel Garuda Malioboro.

Pada siang hari itu, terik matahari seolah membuat jalanan sekitar Malioboro menjadi gersang dan panas. Seorang ibu berusia 68 tahun rela berjualan dibawah teriknya sinar matahari yang menyengat dan hanya berlindungkan sebuah terpal kecil yang tipis. Beliau adalah Ibu Supiyah yang berjualan angkringan di depan Hotel Garuda Malioboro. Setiap harinya ibu dari ketiga anak ini rela menuntun gerobak angkringannya dari tempat penitipan hingga Jalan Malioboro yang jaraknya tidaklah dekat. Dari Jam5 pagi beliau sudah harus membuka dagangannya agar mendapatkan banyak pembeli. Walau banyaknya pedagang angkringan yang berjualan di sepanjang Jalan Malioboro, beliau tidak menganggap hal tersebut sebagai suatu persaingan. Beliau beranggapan apabila memang sudah rejekinya, pasti akan datang sendiri.

Bekerja sebagai pedagang angkringan bukanlah pilihan, namun apa mau dikata. Tingkat Pendidikan yang rendah serta kurangnya modal menjadi suatu alasan utama Ibu Supiyah memilih untuk berdagang angkringan. Tiap harinya Ibu Supiyah berdagang dari jam5 pagi hingga 5 sore. Apabila Ibu Supiyah tidak menutup dagangannya pada jam 5sore, maka pihak dari Satpol PP tidak segan- segan untuk menyita gerobak serta barang dagangan Ibu Supiyah. Dari berjualan angkringan ini Ibu Supiyah hanya mendapat keuntungan yang sedikit. Suaminya yang juga hanya bekerja sebagai tukang becak, yang biasa mangkal di sekitar Jalan Malioboro pun juga tidak bisa menopang biaya kebutuhan rumah tangga mereka, sehingga jalan inilah yang dipilih oleh kedua suami istri tersebut. Keluarga yang berasal dari Kota Klaten ini rela mengontrak rumah di Jogja dengan situasi yang seadanya, hanya untuk mencari sesuap nasi.

Namun dari perjuangan Ibu Supiyah dan suami yang tidak mengenal lelah dalam mencari nafkah ini, mereka dapat menyekolahkan ketiga anaknya hingga perguruan tinggi. Ibu Supiyah merasa bersyukur karena dapat menyekolahkan ketiga anaknya hingga lulus perguruan tinggi, dan kini mereka dapat menghidupi dirinya sendiri dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Diantaranya anak kedua dan ketiga mendapatkan pekerjaan sebagai perawat di suatu rumah sakit dan menjadi maestro mobil di kota Semarang. Sedangkan anak yang pertama yang juga lulusan D3 Kampus UNY, sudah menikah dan bekerja sebagai pegawai suatu perusahaan swasta. Namun Ibu Supiyah juga harus mau menerima konsekuensi dari kesuksesan ketiga anaknya. Beliau harus rela berpisah dengan anak- anaknya karena mereka harus bekerja di luar Jogja. Ibu Supiyah selalu menantikan saat- saat dimana keluarga mereka dapat berkumpul bersama, karena maklum anak- anak mereka mempunyai jadwal pekerjaan yang padat, sehingga tidak mempunyai waktu untuk menemui kedua orang tuanya. Meskipun ketiga anaknya dapat memenuhi kebutuhan orang tuanya, namun Ibu Supiyah dan suami tidak mau bergantung dari penghasilan anaknya. Mereka tetap ingin berdagang angkringan dan menjadi seorang tukang becak.

Muhammad Krista A.

153070244

Tidak ada komentar:

Posting Komentar